Home » » Peringatkan Manusia dari Kerusakan Sistem Demokrasi, Jangan Gentar dengan Celaan Orang yang Mencela

Peringatkan Manusia dari Kerusakan Sistem Demokrasi, Jangan Gentar dengan Celaan Orang yang Mencela

Written By Unknown on Monday, September 15, 2014 | 6:59 PM

at_tahdhir_ul_mubin


Menyuruh kepada yang ma’ruf dan melarang dari yang mungkar, menyadarkan masyarakat dari akidah dan pemahaman jahiliyyah adalah kewajiban berdasarkan al-Qur’an dan sunnah Rasulullaah -shaLlaahu ‘alayhi wa sallam-.


وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ


“Dan hendaklah ada di antara kamu jama’ah yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Âli Imrân [3]: 104)


Dalam Tafsir al-Muyassar dijelaskan:


ولتكن منكم -أيها المؤمنون- جماعة تدعو إلى الخير وتأمر بالمعروف، وهو ما عُرف حسنه شرعًا وعقلاً، وتنهي عن المنكر، وهو ما عُرف قبحه شرعًا وعقلاً، وأولئك هم الفائزون بجنات النعيم.


“Dan hendaklah ada di antara kalian –wahai orang-orang beriman- sebuah jama’ah yang menyeru kepada al-khayr, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan ia adalah apa yang diketahui kebaikannya baik secara syar’i maupun akal (akal sehat), dan melarang dari yang mungkar, dan ia adalah apa yang diketahui keburukannya baik secara syar’i maupun akal.”[1]


Dan memahami keburukan Demokrasi itu sebagaimana dalam sya’ir (dalam kitab Rawaa’i al-Bayaan-nya Prof. Dr. Muhammad Ali Ash-Shabuni):


عرفت الشرّ لا للشرّ لكن لتوقيّه

ومن لا يعرف الشرّ من النّاس يقع فيه


“Aku mengetahui keburukan bukan untuk keburukan, melainkan memproteksi diri darinya”

“Dan barangsiapa tak mengetahui keburukan, maka ia akan terjerumus ke dalamnya”[2]


Namun tak sebatas dipahami lalu diam dari menyampaikan kebenaran al-Islam dan diam dari menjelaskan berbagai kemungkaran. Jika begitu, ia bisa termasuk apa yang dituturkan oleh Abu ‘Abdullah ad-Daqqaq:


الساكت عن الحق شيطان أخرس


“Orang yang diam dari menyampaikan kebenaran adalah syaithan yang bisu.”


Dan ketika dikatakan kepada Umar bin al-Khaththab r.a. bahwa seseorang tidak mengetahui sesuatu yang buruk, lalu Umar berkata:


أحذر أن يقع فيه


“Peringatkan ia atas ketergelinciran terhadapnya (agar tak terjerumus pada keburukan-pen.).”[3]


Salah seorang ulama al-Azhar, al-’Allamah Muhammad al-Khudhari Husain menegaskan: “Adapun orang-orang yang berpegang-teguh pada al-Qur’an dan as-Sunnah, maka wajib bagi mereka memperingatkan (umat manusia) dari meridhai ajaran atheisme (dan semisalnya-pen.) dimanapun berada, meski kaum atheis tersebut adalah bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara dan kerabat-kerabat mereka.”[4]


Catatan Kaki:


[1] At-Tafsîr al-Muyassar, hlm. 63.


[2] Rawâ’i al-Bayân (Tafsîr Âyât al-Ahkâm), Prof. Dr. Muhammad Ali ash-Shabuni, Juz. I, Hlm. 76.


[3] Ibid.


[4] Muhammad al-Khudhari Husain, Silsilatu Milal wa Nihal [3]: Al-Ilhâd, hlm. 3-4.








from Abunaveed http://ift.tt/1qSthuZ

via Abu Naveed
Bagikan Artikel ini :

0 comments:

Post a Comment

 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Anti Copyright © 2013. Komunitas Blogger Ideologis - Semua isi Blog ini Boleh disebarkan
Template Created by Creating Website Modified by Tan Saliman
Proudly powered by Blogger