Grafik Harian: Pergeseran Pengangguran Jangka Panjang di Benua Eropa
Lebih dari enam tahun terakhir, pengangguran jangka panjang di Eropa telah membengkak. Sekitar setengah dari 25 juta orang di benua Eropa telah menjadi penganggur selama lebih dari setahun. Lebih dari 12% tidak bekerja selama lebih dari empat tahun. Selain meningkatnya tingkat kemiskinan, masalah ini mengakibatkan kesulitan lebih lanjut untuk dapat berbuat mandiri. Keterampilan terlupakan, kepercayaan menyusut, tingkat kesuburan melambat dan risiko kesehatan memburuk. Tantangan bagi para pembuat kebijakan adalah untuk menghentikan siklus pengangguran
ini menjadi masalah struktural.Tidak mengherankan, hal ini adalah masalah yang paling akut di Eropa selatan. Lebih dari 60% dari pengangguran di Italia belum bekerja lebih dari setahun; di Yunani angka ini lebih dari 70%.Tingkat pengangguran jangka panjang yang tinggi ini disebabkan sebagian oleh fakta bahwa Italia memiliki tingkat pengangguran yang tinggi secara keseluruhan, yang disebabkan oleh resesi yang parah dan pasar tenaga kerja yang tidak fleksibel. Selain itu, kesengsaraan ekonomi berimbas ke politik. Orang-orang yang menganggur lebih mungkin untuk tidak mempercayai para politisi dan Uni Eropa. Hal ini telah memperkuat sikap skeptis para euro dan populis.
Masalah ini juga akut di negara-negara anggota Uni Eropa yang baru yakni yang berasal dari Eropa Timur. Tapi, berbeda dengan Eropa selatan, banyak dari negara-negara ini yang memiliki pengalaman pengangguran jangka panjang yang tinggi baru-baru ini setelah resesi pada tahun 1990-an dan awal tahun 2000-an. Di beberapa negara, pengangguran jangka panjang tetap bertahan meskipun terjadi pemulihan ekonomi. Slowakia mengalami penurunan tajam pada tahun 1999; dari tahun 2000 hingga 2007 pertumbuhan ekonomi menjadi cepat, dan jumlah pengangguran turun. Namun pengangguran jangka panjang tumbuh sehingga hampir mencapai 75% pengangguran secara keseluruhan, karena para pekerja yang telah kehilangan pekerjaan mereka pada tahun-tahun yang buruk itu tidak dipekerjakan kembali ketika kondisi ekonomi telah membaik.
Di beberapa bagian kaya di Eropa, baik pengangguran jangka panjang maupun jangka pendek kurang mendapat perhatian. Jerman, hanya satu-satunya di Uni Eropa, telah mengurangi baik tingkat pengangguran secara keseluruhan maupun pengangguran jangka panjang – sejak tahun 2009, yang sebagian dikarenakan pasar tenaga kerja yang lebih fleksibel (dan berkurangnya tunjangan pengangguran). Sebaliknya, Irlandia, yang ekonominya rusak akibat krisis perbankan, telah berjuang untuk mengembalikan pengangguran jangka panjang kembali mendapat pekerjaan. Meskipun tingkat pengangguran secara keseluruhan telah turun, sekitar 100.000 orang (atau 42% dari semua orang yang mengantri uang tunjangan ) telah keluar dari pekerjaan selama lebih dari dua tahun.
Seperti biasanya, Skandinavia berbeda dengan Eropa. Tiga negara Nordic Uni Eropa ini memiliki pengangguran jangka panjang terendah, mulai dari 19% hingga 25% dari total pengangguran.Tingkat rendah pengangguran ini sebagian disebabkan oleh resesi yang rendah, dan sebagian karena langkah-langkah yang dilakukan dalam pasar tenaga kerja. Swedia, misalnya, memperkenalkan skema pelatihan dan kredit pajak bagi industri konstruksi, yang membantunya dalam menjaga skill yang baik dan merangsang permintaan. Tapi dengan tingginya pengangguran jangka panjang di seluruh Eropa, para pembuat kebijakan harus melakukan banyak lebih dari hal itu untuk membuat para penganggur di Eropa kembali bekerja. (economist.com, 28/7/2015) [htipress/www.al-khilafah.org]
Tagged with: berita Internasional
from Al Khilafah http://ift.tt/1eJpX1X
via Al-khilafah.org
0 comments:
Post a Comment